Foto: Liputan6
Sebanyak 70 CEO perusahaan digital berkumpul memaparkan proses perkembangan bisnis mereka di Summarecon Mal Serpong, Tangerang, Sabtu (7/4/2018).
|
APA jadinya kalau sebanyak 70 Chief Executive Officer (CE0) perusahaan digital ngumpul? Selain mendapat penghargaan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri), mereka juga menularkan virus-virus wirausaha pada semua orang yang datang!
Ya, sebanyak 70 CEO perusahaan digital itu berkumpul memaparkan proses perkembangan bisnis mereka pada acara ''12 Hours Non-Stop Talk With 70 CEOs/Founder/Co-Founder of Digital Company'' di Summarecon Mal Serpong, Tangerang, Sabtu (7/4/2018). Acara yang diselenggarakan Radio Heartline 100.6 FM itu pun dibanjiri para pelaku bisnis baik yang sudah sukses maupun baru rintisan.
Penyelenggara acara, Direktur Radio Heartline 100.6 Fm Jose Marwan mengatakan, acara pemecahan rekor Muri itu didasari perkembangan teknologi digital, yang akhirnya berdampak besar bagi perilaku masyarakat, hingga kepada perubahan model bisnis yang mereka jalani.
"Lewat acara ini kami berharap masyarakat peduli dan teredukasi seputar era digital dengan baik," kata Jose.
Adapun Muri mencatat acara itu sebagai pemecah rekor baru karena kali pertama digelar talkshow nonstop selama 12 jam dengan menghadirkan pembicara sebanyak 70 CEO/Founder/Co-Founder dari perusahaan-perusahaan digital.
CEO dan Founder perusahaan digital yang hadir di antaranya, CEO Gakkodigitalart, Widyana Susanty. Dia menjelaskan, perusahaannya bergerak pada bidang edukasi anak, untuk meningkatkan kreativitas dalam hal gambar.
"Gambar bergerak mereka tertarik sekali, ada beberapa pameran, anak-anak senang sekali," kata Widyana.
Pembicara lain, CEO Connect.com, Mizno Kruge yang mengungkapkan, perusahaannya menyediakan platform yang mengumpulkan perusahaan jasa. Menurut dia, platform itu untuk memecahkan masalah industri jasa dan membangun ekosistem yang menggabungkan pasar layanan dan manajemen layanan di Indonesia, dengan standar yang sama dan memiliki jaminan integritas perusahaan jasa.
"Kita cari tukang susah, belum ada standar antara penyedia karena standarnya beda, di kita provider difilter, nanti diverifikasi," kata dia mengkritisi layanan jasa secara umum di Indonesia yang terbilang masih buruk karena belum ada standarisiasi. Akibatnya para pengguna jasa cenderung dibuat susah dan bingung mencari layanan jasa terbaik. (sb-18)
Sumber: Liputan6.com
0 komentar: