Xpander berhasil meraih penghargaan “Car of The Year” di ajang ‘’11th otomotif Award 2018’’.
Dengan diterimanya penghargaan tersebut, Xpander telah mendapatkan total lima penghargaan dari berbagai media massa dan institusi nasional sejak diluncurkan di ajang ''Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017'' pada Agustus 2017 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang.
Empat penghargaan lain yang diterima Mitsubishi Xpander, yakni sebagai ‘’Best of The Best MPV’’ di Otomotif Awards 2018, ‘’Best Low MPV’’ di Otomotif Awards 2018, ‘’New Kid on The Road of The Year’’ di ICar Asia People’s choice Awards 2017, dan ‘’1st Winner Favorite Car’’ di GIIAS 2017.
Xpander pun menjadi salah satu mobil primadona masyarakat borju di Indonesia. Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada Februari 2018, Xpander menduduki peringkat penjualan teratas di antara semua merek mobil yang beredar di Indonesia. Lebih rinci, berikut ini lima besar penjualan mobil di Indonesia pada Februari 2018:
1. Mitsubishi Xpander: terjual 7.400 unit.
2. Toyota Avanza: terjual 6.773 unit.
3. Suzuki Ertiga: terjual 4.223 unit.
4. Daihatsu Xenia: terjual 2.529 unit.
5. Honda Mobilio: terjual 1.514 unit.
Dari prestasi dan keberhasilan Xpander menguasai pasar otomotif Indonesia, tentu saja telah membuat iri para pemegang merek otomotif lain, bahkan mengundang rasa penasaran para pebisnis secara umum dari sisi kesuksesan strategi marketing.
Namun sisi positifnya, para pebisnis terutama tim marketing bisa belajar banyak dari PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), sebagai distributor resmi kendaraan produksi Mitsubishi Motors di Indonesia. Apa saja strategi marketing yang bisa kita contek dari MMKSI untuk diterapkan dalam strategi marketing secara umum?
Bisnisforliving.com menemukan artikel menarik di grup Facebook “Jago Jualan” yang mengupas secara khusus kesuksesan strategi marketing Xpander di Indonesia. Artikel berjudul “5 Strategi Xpander Bisa Jualan Mobil Seperti Kacang Goreng’’ itu ditulis Saiful Islam alias Sam Ipoel, admin grup “Jago Jualan” dan “Inbound Marketer”. Artikel ini mengupas tuntas strategi marketing yang bisa kita contek dari keberhasilan Xpander menguasai pasar otomotif di Indonesia. Biar memberi manfaat lebih luas, berikut ini kita kutip kupasan dari Sam Ipoel dengan adaptasi seperlunya. Yuk, kita simak…..
1. Top Botton Moving Strategy
Tak dimungkiri pengaruh dari image premium Pajero Sport melekat kuat di market mobil-mobil produksi Mitsubishi Motors. Sampai-sampai ada cerita yang viral banget gara-gara ada orang tua yang nekat kasih nama putra tercintanya Pajero Sport. Mungkin ini jadi satu-satunya anak dengan nama Pajero Sport di seluruh dunia. Bapak paling gokil sedunia… nekat kasih nama anak dengan nama produk, ha ha ha…
Terlepas apapun alasan dari si orang tua, kegagahan si Pajero Sport memang sudah melekat sangat kuat di benak market. Dan itu tidak bisa disangkal. Pihak Mitsubishi pasti sudah mengantongi datanya, berapa orang yang men-search informasi tentang Pajero ini, berapa yang menonton video review-nya, yang melihat-lihat Pajero-nya dan akhirnya masih balik kucing karena harganya juga yang 'gagah' segagah tongkrongannya.
Image kuat si Pajero ini yang menginspirasi Mitsubishi memproduksi adiknya. Maka lahirlah si Xpander yang menjadi semacam Pajero wanna be-nya. Bisa jadi, strategi marketing Mitsubishi Motors juga terinspirasi kesuksesan Elon Musk, pendiri Tesla dalam memasarkan mobil premium itu. Menurut Musk, master plan marketing bisa dibuat sebagai berikut:
#1 Build sports car.
#2 Use that money to build an affordable car.
#3 Use that money to build an even more affordable car.
#4 While doing above, also provide zero emission electric power generation options.
Apa maksudnya?
Dari plan #1 Elon Musk mulai bergeser ke plan #2 , dan plan #3 yakni mulai memproduksi electric car yang makin terjangkau.
Baru-baru ini Tesla mengumumkan produk baru mereka yang dibanderol seharga hanya 35 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 465 jutaan alias setara dengan harga Pajero Sport.
Coba bandingkan dengan harga mobil-mobil Tesla sebelumnya yang ada di range $100 ribu atau 1,3 miliaran rupiah. Ini harga sebelum pajak lho, bayangkan saja ya.
Sekarang strategi yang bisa kita pelajari dari Tesla dan Mitsubishi adalah, "Mulailah dari atas… bukan dari bawah!"
Strategi yang serupa dan memang sudah teruji efektivitasnya. Berangkat dari image premium menuju ke segmen di bawahnya. Kalau brand dengan image premium yang kuat menuju ke segmen di bawahnya, maka bagi pemimpi brand premium tadi dianggap berkah. Hal itu dianggap sebagai generosity atau kemurahhatian sebuah brand terkenal. Karena dimindset pasar bahwa banderol brand terkenal tersebut tinggi banget... supermahaaaal.
Pajero Sport dengan harga di kisaran Rp 480 jutaan hanya segmen kantong Doraemon alias berkantong tebal saja yang bisa membeli mobil ini. Jumlahnya tidak banyak. Begitu keluar produk baru Mitsubishi yang diberi label Xpander di harga 189 jutaan +++ maka dianggap berkah banget buat para pengidam Pajero Sport, mereka yang selama ini sampai ngiler-ngiler memimpikan Pajero.
Rejeki... rejeki... rejeki... kehadian Xpander dianggap rezeki. Nyatanya, fitur-fitur Xpander memang berlebih dibanding mobil kelas small MPV pada umumnya.
2. Make Up The Story… Xpander is Good a Good Investment
Strategi second Xpander muncul dengan harga 20 juta lebih tinggi. Ini strategi "kurang ajar" tapi cukup efektif. Ini bukan yang pertama, mobil sejuta umat Toyota Avanza juga pernah kayak gini.
Menciptakan persepsi di pikiran market.. beli Xpander itu untung banget seperti investasi. Bayangkan… bulan Oktober 2017 di mana orang masih berlomba-lomba antre nginden berbulan-bulan sudah banyak yang jual second-nya dengan harga 20 juta lebih tinggi.
Jelas ini mengundang orang yg mindset-nya cuan alias oportunis untuk latah beli Xpander. Karena ngerti di pasar second harganya jauh lebih mahal, maka makin membeludak yang inden.
Semakin membeludak yang inden, artinya antrean makin panjang. Mereka yang inden dan dapat duluan dilepas lagi ke pasar dengan harga lebih tinggi, masih baru tapi nggak pake ngantri berbulan-bulan.
3. Design The Scarcity Effect
Scarcity adalah menciptakan efek kelangkaan. Mitsubishi paham benar kapasitas produksinya.
Namun dia seperti ngegas tanpa rem ketika membuat promosi Xpander ini. Asli gila-gilaan. Dia menggunakan berbagai channel untuk boosting promosinya. Di televise, Koran, website high traffic macam Detik.com, MotoMobi, hingga media-media buzzer otomotif di Youtube.
Padahal dia paham benar kapasitas produksinya dan kemampuan distribusinya. Tujuannya...
menciptakan kelangkaan…
Dalam teori the scarcity effect, semakin langka dan makin susah didapat akan menaikkan image dari si Xpander ini. Yang inden makin panjang dan mengular secara psikologis ini membentuk image bahwa Xpander sangat layak diperjuangkan dan diperebutkan. Berhasil mendapatkannya adalah sebuah kebanggaan.
4. Mere Exposure Effect (MEE)
Dampak promosi dan exposure gila-gilaan. Iklan Xpander di mana-mana. Sebelas dua belas sama Meikarta. Mere Exposure Effect (MEE) adalah sebuah femomena di mana manusia punya kecenderungan menyukai sesuatu yg di-expose secara berlebihan.
Kata orang Jawa "Tresno iku jalaran soko kulino" alias ‘’Rasa cinta itu datang karena terbiasa’’. Kalau dalam otak ini adalah proses menumbuhkan Myelin yang melapisi koneksi antarsel otak. Inilah kenapa iklan Xpander bisa kita temui di mana-mana. Dan ini bisa dilihat dari Ads spendingnya.
Menurut laporan Adstensity, dengan mengusung produk anyarnya, Xpander, Mitsubishi telah menggelontorkan belanja iklan TVC sebesar Rp 25,21 miliar di sepanjang Agustus 2017. Itu cuman bulan Agustus saja loh. Bandingkan dengan belanja iklan Mitsubishi di Agustus setahun sebelumnya.
Mitsubishi, pada Agustus 2016 lalu, hanya membelanjakan iklan TVC-nya sebesar Rp 0,34 miliar. Naik 74 kali lipat atau 7.400%. Niatnya simple. Membangun awareness brand Xpander di mana-mana. Semakin sering Xpander ditemui, semakin sering diexpose, makin sering diulas… makin sering diomongin, maka akan memperbesar probabilitas Xpander untuk lebih dicintai dibanding merek yang lain.
5. The Power of Influencer And The Right Momentum
Sangat tepat sekali ketika Mitsubishi mampu memilih expand marketing channel mereka di ranah digital. Banyak para influencer dan otoexpert yang digandeng oleh Mitsubishi. Besar kemungkinan mereka cukup bias atau temdensius ketika mereview Xpander.
Angka 1,5 juta view + 1,8 juta view adalah angka yang cukup langka untuk sebuah video review otomotif di Youtube, itu adalah prestasi yang luar biasa. Ditambah... Xpander benar-benar jadi bintang ketika memanfaatkan momentum event pameran otomotof paling prestisius di Indonesia.
Ini sebuah kutipan dari ulasan majalah ekonomi SWA: "Pertaruhan Mitsubishi di event GIIAS 2017 tak percuma. Sejak diluncurkan Mitsubishi pada GIIAS Agustus 2017, Xpander telah menerima lebih dari 23.000 Surat Pemesanan Kendaraan (SPK). Lebih dari 5.000 SPK diperoleh hanya pada saat GIIAS. Angka itu menjadi perolehan yang lebih tinggi dibandingkan dari capaian pemesanan model mobil lain yang diluncurkan oleh merek mana pun pada pameran otomotif tersebut sejak 2010."
Nah, itu cerita tentang strategi marketing Xpander. Jika Anda pebisnis atau pelaku UMKM yang punya produk, bisa juga mencontek strateginya untuk diterapkan dalam mengembangkan bisnis Anda. (sb-55)
Referensi: Jago Jualan
0 komentar: